Sumber: Kompas, Jumat, 15 Maret 1996
Toledo, Kamis
Astronom Amerika Serikat yang terlibat dalam program pencarian
asal-usul alam semesta dan segala isinya kini yakin manusia akan
bertemu dengan makhluk beradab di luar Bumi (ET) paling lambat
25 tahun yang akan datang.
Dalam pertemuan pemburu planet sejagat hari Selasa 12 Maret
di Toledo, Spanyol, Direktur Program Origins Badan Penerbangan
dan Antariksa Nasional AS (NASA) Mike Kaplan mengatakan sudah
pasti ada kehidupan berinteligensi di beberapa planet di luar
gugus tata surya.
Kaplan meragukan pendapat awam bahwa manusia satu-satunya makhluk
beradab di alam semesta ini. "Saya pikir kita hanya menunggu
waktu saja untuk bisa kontak dengan mereka. Bila suatu hari kita
bertemu, jangan kaget karena mereka sangat beda dengan kita,"
katanya.
Pertemuan itu diperkirakan paling lambat 25 tahun lagi, sekitar
tahun 2020. Yang tahun ini berusia 75 tahun dan tampaknya masih
segar bugar tentu saja sangat sedikit yang beruntung bisa jadi
saksi dalam pertemuan itu.
Pemburu planet dari seluruh dunia berkumpul di kota bersejarah
Spanyol itu untuk membahas pengembangan interferometri inframerah,
teknologi yang akan membantu pencarian kehidupan dan makhluk beradab
di luar tata surya.
"Pembahasan ini merupakan upaya pertama merealisasikan
program yang sudah berumur 20 tahun, mencari jawaban terhadap
pertanyaan ratusan tahun anak manusia mengenai kemungkinan ada
makhluk beradab di luar Bumi," kata Kaplan.
Keseriusan astronom menyentuh isu "peka" ini makin
menggeliat setelah astronom Swiss pada Oktober 1995 mendeteksi
sebuah planet di luar tata surya. Dalam waktu yang singkat, ilmuwan
AS kemudian menemukan dua planet lain.
Inferometer inframerah
Astronom yang ikut dalam pertemuan di Toledo itu memperlihatkan
kegairahan akan segera dapat mengaktualkan teknologi inferometer
inframerah dalam waktu dekat.
"Inilah saat pertama, pencarian ET bukan lagi mimpi, tinggal
menunggu waktu menerapkan interferometer inframerah," kata
Kaplan, yang program Origins-nya bertujuan mempelajari asal-usul
alam semesta, pembentukan planet, dan eksistensi kehidupan di
planet di luar tata surya.
"Kehidupan di planet lain, kalaupun tak identik, akan
sangat serupa dengan kehidupan di Bumi," kata biologiwan
Spanyol terkemuka Juan Oro dalam sebuah konferensi pers.
Teleskop tradisional dan teleskop angkasa Hubble belum dapat
membantu usaha pencarian ET karena cahaya bintang-bintang menghalangi
planet-planet yang mengorbit di dekat bintang-bintang itu. Sedangkan
sinar inframerah pada interferometer inframerah, yang 40 kali
lebih kuat dibandingkan Hubble, mampu "melihat" planet
mana yang memenuhi syarat perlu -seperti adanya air dan oksigen-
ditinggali makhluk hidup.
NASA dan Badan Antariksa Eropa (ESA) secara terpisah telah
mulai mengembangkan teknologi inframerah, tapi kedua badan itu
berpendapat dibutuhkan kerja sama internasional untuk menjalankan
proyek sebesar ini.
NASA menaksir anggaran membangun interferometer inframerah
sekitar 200 juta dollar AS setahun, sekitar Rp 460 milyar, untuk
jangka waktu 10 tahun. Orang-orang Eropa dan Amerika sependapat
proyek ini memulai era baru peradaban manusia.
"Menemukan kehidupan beradab di luar Bumi akan mengubah
segala-galanya: filsafat, agama... Dan ini akan membuat kita berendah
hati... bahwa manusia bukan satu-satunya makhluk beradab dan tidak
istimewa," kata Kaplan. Ia menilai program pencarian ET yang
serius ini sebagai era eksplorasi baru, Galileo yang baru. (Rtr/sal)
Langganan:
Postingan (Atom)
-
SEBUAH INVESTIGASI YANG MASIH TERUS BERLANGSUNG Informasi-informasi pada artikel ini penulis dapatkan dari teman-teman komunitas pemerhati...
-
Penampakan UFO di atas Gunung Merapi, 24 Januari 2023, pukul 01:25 WIB. Lokasi pengamatan: desa Kemirikebo (9 km dari gunung). Sumber: Kabar...
-
KISAH NYATA PENCULIKAN ALIEN ABDUCTION TIPE CE (Close Encounter) IV ANTONIO VILLAS BOAS, 15 OKTOBER 1957, MINAS GERAIS, BRAZIL TERJEMAHAN...